Sabtu, 02 Juni 2012

Waktunya Mendengar

Sudut kanan bawah menunjukkan 21:20 WIB. Sudah setengah tahun berlalu sejak terakhir kutulis kisahku dengan Mr. T. Saat ini aku tersenyum sembari kembali mengingat malam-malam kami di Braga. Setelah hari-hari itu, aku kembali masih terhanyut dengan keterpurukan karena manusia bernama Aga. Tapi, terima kasih Tuhan, aku mampu mengalihkan pikiran dan rasa yang begitu negatif dengan berolahraga yakni berenang. Aku melakukan rutinitas itu kembali. Ketika berenang aku merasa dapat melepaskan emosi yang tidak seimbang mengalir bersama air. Ya, sekalian menguruskan badan karena aku yang menjadi penerima tamu saat pernikahan abang kandungku. Pada masa itu, aku dan Mr. T sempat beberapa bulan tidak berkomunikasi lebih mendalam selain hanya sapaan. Sampai pada akhir tahun 2010, aku dan dia kembali mengadakan temu janji makan malam (jangan membayangkan restoran mewah dengan lilin cantik dan makanan lezat, justru sebaliknya kali, hahahaha). Kami makan di warung sate di daerah kosan kami, yang selalu penuh ketika dilewati. Pertemuan ini seperti melepas kangen sebenarnya hehehe.
Sambil menunggu pesanan datang, aku dan Mr. T pun berbagi soal yang terjadi dalam hidup kami. Aku bercerita tentang pernikahan abangku dan dia menceritakan mengenai kondisinya yang sempat sakit beberapa waktu sebelumnya. Aku kaget, spontan meminta maaf, karena aku tidak tahu. Lalu aku berkomentar soal potongan rambutnya yang terlihat pendek. Selalu, jika melihat orang memiliki rambut baru, dalam artian dipotong pendek, celetukan yang sama pasti mengalir dari mulutku, yakni, "Lagi patah hati ya?" Hahaha. Awalnya dia menyangkal, dia mengatakan tidak potong rambut. Tapi setelah aku tanya  mengenai hubungannya dengan Ms. A, dia pun menarik napas panjang. Refleks, kutanya mengapa? Dia pun mulai bercerita. Sudah kurang lebih empat bulan (berarti bulan Juli 2010), kalau tidak salah ingat, dia putus dengan Ms. A. Dia bercerita itu semua karena sebuah foto. Foto yang dilihat oleh ibunya, tepat setelah dia menceritakan hubungannya dengan Ms. A. Ibunya mempertanyakan (sambil menunjukkan foto tersebut) apakah benar perempuan seperti ini yang akan dia pilih. Untuk sejenak dia menghentikan makan lalu melanjutkan. Setelah ibunya mengatakan hal seperti itu, dia pun berpikir. Dan juga meminta saran dari beberapa teman laki-laki di kampus kami. Caranya dengan menunjukkan foto itu setelah memotong bagian wajahnya. Dan temannya menyatakan pose itu parah.
Jika dideskripsikan, dalam foto itu Ms. A sedang berlibur dengan dua temannya bersama wisatawan asing alias pria-pria bule. Mereka mengambil banyak foto, ada yang beramai-ramai, ada pula yang hanya berduaan. Ada satu foto dimana Ms. A berpose saling berhadapan dengan mimik bercanda mencengkeram dengan baju yang selayaknya orang di pantai (terlalu terbuka). Ada pula foto di saat mereka beramai-ramai dengan para pria bule itu dengan paha Ms. A dipegang oleh salah satu bule. Dan masih banyak lagi. Itulah yang dia katakan kepadaku, bahwa setelah dipikir matang-matang, dia mau mengakhiri hubungan dengan Ms. A. Selesai dia menceritakan itu, aku dan dia hanya diam dan menikmati sate kami masing-masing hingga saatnya kembali ke rumah mungil kami masing-masing. Perasaanku saat itu masih tidak jelas. Antara aku senang, sedih, yang jelas aku hanya berusaha menyembunyikannya dari hadapan Mr. T.
Setelah itu kami pun semakin sering terlihat bersama. Berangkat ke kampus bersama, pulang kampus bersama, mencari makan malam pun besama, hingga kami digosipkan bersama, hahahaha. Ada satu cerita yang membuat aku sempat merasa istimewa untuknya. Di saat kami masih sering menghabiskan waktu bersama, waktu itu pulang dari kampus, kami yang tidak mendapat tempat duduk di DAMRI (angkutan wajib mahasiswa yang tinggal di Bandung), terpaksa berdiri sampai ada tempat duduk yang kosong. Tanpa sengaja, aku bertemu dengan teman SMP bernama Yoga. Ya, sedari dulu sekelas, aku memang senang melihat kelakuan jahilnya kepada Galuh. Kami pun ngobrol, tentunya Mr. T pun aku kenalkan. Tapi sepertinya kami asyik sekali mengobrol berbagai macam hal sampai Yoga turun. Baru setelah itu, aku sekilas melihat raut muka Mr. T yang kesal karena dia tidak diajak mengobrol atau karena dia cemburu? Entahlah, yang jelas setelah itu dia menanyakan siapa Yoga dan kujawab dia teman sekelas sewaktu SMP, komentar ini pun keluar dari mulutnya, "Akrab banget ya" sambil melihat Blackberry nya.  Kemudian dia memutar badannya membelakangiku dan sibuk dengan Blackberry di tangannya. Aku merasa geli sendiri jadinya, hahaha.
Di saat banyaknya kami menghabiskan makan malam bersama, ada satu malam dimana kami mau mencoba memakan daging dewa di tempat yang menurutnya enak karena sudah beberapa kali disana. Aku pun mau karena sudah lama sekali tidak memakan daging itu hahaha. Letaknya di dekat  Bandung Indah Plaza, depan Taman Kota Bandung. Aku yang baru pertama kali ya pastinya bertanya sama dia, apa yang enak. Dia mengatakan fu yung hai. karena aku tidak ingin memakan nasi atau tidak ingin memesan menu yang sama, aku pun memesan menu lain. Nah, di waktu menunggu makanan kami datang inilah, aku merasa ada yang aneh dengan sikapnya. Dia menatapku begitu lekat sampai aku merasa risih. Lalu aku pun hanya menunduk, tanpa bertanya. Lalu tanpa ditanya, dia menceritakan mengenai tempat itu. Dia mengatakan bahwa tempat ini merupakan salah satu tempat favorit dia dan Natnat. Aku hanya mendengar tak berkomentar sampai makanan datang. Bihun goreng yang kupesan lumayan. Tapi memang, fu yung hai nya tak ada duanya, laziiis! Hahaha. Tanpa sadar, aku yang memang doyan makan, banyak menghabiskan fu yung hai yang satu porsinya bisa untuk dua orang. WOW. Aku tersadar saat dia mengatakan bahwa makanku banyak Dan saat itu juga aku malah makin menambah kecepatan makanku hahahaha. Irene, Irene, ditegur seperti itu harusnya kamu paham, kalau dia tidak suka dengan perempuan yang makannya banyak. Itu yang ditulis di majalah-majalah pembaca hehehe. Ketika itu aku sangat kesal karena merasa dibandingkan dengan Natnat. Karena aku berpikir aku bukan Natnat dan karena aku tidak punya hubungan apapun dengannya, jadi kujawab "Memang" untuk komentarnya itu.
Namun, di kosan aku pun jadinya mencurahkan itu semua kepada Giegie, salah satu teman SMP yang sedang tinggal bersamaku. Aku merasa itu waktu yang tidak menyenangkan dan setelah itu aku jadi malas jika diajak mencari makan malam yang enak olehnya. Aku menyindir dengan berkata bahwa aku akan buat dia malu karena aku makannya banyak. Giegie yang telah kenal dia juga, menyampaikan kekesalanku itu, dan setelah dibicarakan, mereka tertawa, aku pun akhirnya tertawa. Ya, kami bertiga menjadi dekat satu sama lain. Setelah aku mengenalkan Giegie, kami sempat makan dan berfoto bersama di Braga Permai. Ya, tercipta lagi momen indah di sana. Meskipun Mr. T terlihat acuh tak acuh. Aneh memang setelah itu kami bertiga semakin dieratkan dengan proyek kerja bersama menjadi Transmania. Sebuah klub pecinta Trans TV.  Kami menjadi kru audisi program-program Trans TV. Audisi yang pertama menyatukan kami itu di Bandung. Setelah dua hari penuh bekerja bersama dan kelelahan, kami masih sering bersama setelahnya. Sampai akhirnya, Giegie mndapat tawaran melanjutkan menjadi kru audisi di Jakarta. Karena dia sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa akhirnya aku dan seorang yang lain yang dimintanya pergi. Karena aku yang saat itu di Jakarta lebih mudah mencapai lokasi tidak membayangkan bahwa ternyata seorang yang lain itu adalah Mr. T. Doki-doki!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar