Jumat, 15 Juni 2012

Lucky Me

Hari itu tanggal 17 Maret 2012. Aku dan Riris, salah satu sahabatku, memutuskan untuk jalan-jalan. Cuma berdua? Hei, jangan berpikir macam-macam, kami normal. Ini karena hanya kami berdua yang sedang memiliki waktu luang untuk berjalan-jalan. Sedangkan Nana dan Neng Cit sedang tidak dapat diganggu gugat hehehe. Aku yang memang berencana belanja untuk acara masak memasak. Ya, sembari pengobatan terapi jerawatku berjalan (tinggal di rumah agar gizi lebih terjamin), aku melakukan kegiatan itu. Sekaligus juga menjadi pengurus rumah tangga alias pemerhati segala kebutuhan apapun dalam rumah. Hari itu, Riris menemaniku karena dia memang sedang libur. Perjalanan pertama kami adalah Plaza Pondok Gede. Aku berbelanja di Naga Pasar Swalayan, tempat yang sejauh ini menurutku adalah yang termurah hehehe. Pada akhirnya memang hanya dua kantong belanja, tapi dengan ukuran besar dan berat! Hal ini kemudian menyulitkanku untuk menyetir motor yang kami bawa saat itu. Mengundang banyak kekesalan karena aku kurang lihai jika berboncengan, kami tetap berjalan pelan-pelan menuju Jatiwaringin dengan tujuan mencari kabel printer. Aku ingin memperbaiki printer di rumah.
Menyusuri sepanjang jalan Jatiwaringin, aku dan Riris pun akhirnya sampai mentok di perempatan tol Jatiwaringin. Ya saatnya putar balik. Padatnya dan lebarnya jalan Jatiwaringin saat itu, menyulitkanku yang membawa motor dengan belanjaan berat dan Riris yang berat juga, ups! Hahaha. Pelan-pelan kulaju motor itu sembari melihat kesempatan berbelok. Namun, sulit sekali. Sampai akhirnya tiba-tiba kedua mataku terpaku mengikuti sesosok wajah yang keluar dari jendela mobil sedan hitam saat itu. Antara percaya atau tidak dengan penglihatanku, aku seperti melihat Lucky. Seseorang yang pernah kuceritakan di tulisan yang lalu. Berusaha kukejar saat itu, tapi tidak terkejar dengan beratnya beban yang kubawa. Akhirnya aku memutuskan pulang. Tanganku gemetar, bukan karena melihat Lucky, tapi karena kecapaian memegang kemudi. Hal ini tidak kuceritakan pada Riris karena dia memang tidak kuberitahu soal kisah asmaraku sama sekali hehehe. Mengapa? Karena ceritaku sering dianggap tidak serius olehnya. Jadi sampai dia pulang pun tidak ada yang kuceritakan.
Bagaimana perasaanku? Hahahaha, aku senang sekali. Entahlah padahal itu kan belum tentu dia kan? Hahaha. Aku begitu bersemangat seharian itu, aku seperti mendapat titik terang kembali. Tapi untuk sekejap kemudian aku mulai tersadar bahwa dia bukanlah segala-galanya. Tidak boleh mencintai manusia lebih dari mencintai Sang Pencipta, tidak boleh. Namun, rasa senang itu tetap masih ada. Bahkan sampai saat aku menulis sekarang ini hahaha. Setelah lima tahun berlalu, pada akhirnya aku seperti melihat dia, "Lucky Irene". Kesenangan itu pun ingin kubagikan. Pertama kepada teman sekelas SMAku, Oshin, yang tahu apa yang kurasakan. Hmmm, dia sepertinya tidak ikut senang. Secara tersirat, dia cenderung menganggap aku tidak mampu melupakan masa lalu beserta pelaku-pelakunya. Memang, pada saat reuni Rokris kemarin dia sudah mengatakan bahwa Lucky datang dan tambah ganteng, tapi aku menanggapinya dengan dingin. Hahaha, tidak konsisten ya? Hahaha. Dari dulu memang dia ganteng jadi mendengar ada yang bilang dia semakin ganteng aku merasa biasa saja karena kupikir aku sudah tidak punya rasa apapun ke dia.
Tapi semua itu salah, salah besar. Setelah melihatnya kembali, aku jadi sadar, bahwa memang cuma dia, satu-satunya lelaki yang masih kukagumi sampai sekarang ini. Aku pun menceritakan kejadian ini kepada Neng Cit, sampai membuat temu janji segala hahaha. Ya, bukan hanya ngobrol soal itu tapi meminta saran juga soal model gaun yang ingin kujahitkan. Karena bulan depan aku akan menjadi penerima tamu di pernikahan sepupuku. Dia kaget, dia pun senang mendengar ceritaku melihat Lucky. Aku pun sangat bersyukur saat itu. Doaku terjawab. Dan Tuhan memang sangat baik. Senang sekali aku dengan kuasaNya itu. Itulah yang kemudian kusampaikan kepada Neng Cit. Namun setelah itu aku kembali bertanya-tanya apakah memang benar itu dia? Akhirnya dengan nekat dicampur penasaran, aku pun mulai berani melewati rumahnya dengan motor. Konyol memang. Apalagi dilakukan berkali-kali olehku. Tapi itu semua kuhentikan saat aku berulang tahun ke-24 bulan Mei kemarin. Sudah tua ya? Malu kuakui tapi itulah kenyataan. Dan setelah pengecekanku berulang kali aku tetap tidak menemukan sedan hitam yang kulihat dipakainya. Sudahlah, tidak penting itu semua. Jika memang jodoh, cinta Tuhan pasti akan menyatukan kami. Beruntungnya aku melihat dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar