Kamis, 20 Oktober 2011

Saat Ku Belajar

Tidak terasa hampir setahun aku meninggalkan acara tulis menulisku disini. Pastinya semua kangen dong ya? Hahaha. Begitu indah perjalanan yang aku lalui setelah postinganku yang terakhir. Aku mengalamai banyak kemelut setelah surat itu tersampaikan. Ya, akhirnya aku banyak merevisi surat tersebut, dan meminta tolong sepupuku, yang kuliah di kampus yang sama untuk menyampaikannya. Sepupuku sempat bertanya, apakah aku yakin akan memberikannya? Apakah aku akan siap dengan segala kemungkinan yang terjadi? Aku menyatakan siap. Dan ternyata aku ditolak oleh Aga. Balasan yang dia berikan kepadaku lewat sms, sudah cukup menjelaskan banyak hal. Dia mengatakan tiga hal (tapi entah benar atau tidak ya, lupa-lupa ingat, hehe). Pertama, dia tidak pernah menyangka bahwa apa yang kupikirkan serumit itu. Kedua, dia meminta maaf telah membuatku merasakan hal istimewa ke dia. Dan ketiga, dia mengatakan aku akan dapat seseorang yang lebih baik dari dia. Sejujurnya, setelah menerima jawaban itu, aku menyadari kehancuran yang total telah terjadi di dalam hatiku.
Sulit menerima itu semua. Aku hanya diam untuk beberapa saat. Di waktu dia berulang tahun, di tanggal yang sama dengan hari Ibu, aku masih tetap mengucapkan selamat lewat buku muka miliknya. Aku masih berusaha berpikiran positif di tengah kehancuran hatiku. Sampai akhirnya di akhir bulan Desember 2010, aku melihat status hubungan dia yang sebenarnya. Ternyata dugaanku benar. Perempuan itu adalah teman magangku di KCBI (Kantor Cabang Bank Indonesia) Bandung. Aku mulai mencurigainya saat dia dan perempuan itu tiba-tiba berteman di facebook. Aku pun mencoba berbicara lewat YM dan sms dengan perempuan itu. Namun, di saat bulan Oktober 2010, dia mengaku belum memiliki hubungan apa-apa. Tetapi, semuanya sudah terjawab. Ternyata memang perempuan itu yang Aga pilih. Aku mengetahui perempuan itu sbagai pribadi yang religius, fokus, dan serius. Kurang lebih seperti itu saat ku mengenalnya. Perasaanku campur aduk. Di satu sisi, aku merasa ini tidak adil bagiku. Aku marah, kesal, dan mencaci diriku sendiri karena aku menggangap diriku bodoh. Sangat bodoh! Aku menangis berhari-hari. Aku tidak ingin kemanapun atau bertemu siapapun. Sampai akhirnya aku hanya dapat berbagi cerita dengan adikku dan Citra, sahabatku, serta Mr. T, seorang pendengar yang sangat baik, pada awalnya. Mengapa? Tunggu kelanjutan kisah Mr. T di lembaran yang baru.
Batinku masih sakit saat aku memberanikan sms perempuan itu untuk menanyakan bahwa, mengapa tidak dari dulu saja kamu katakan apa yang kamu rasakan. Aku melanjutkannya dengan kalimat dimana aku merasa dibohongi oleh mereka. Wow, berlebihan ya? Hahaha. Namanya juga lagi broken heart, hehehe. perempuan itu hanya membalas dengan kata-kata bahwa aku tidak akan mendengarkan karena ceritanya panjang dan she said sorry for that. Aku pun mengatakan bahwa aku siap mendengarkan. Tapi setelah itu perempuan itu tidak membalas lagi. Alhasil, aku melewati Desember yang benar-benar kelabu. Saat ku merasa kelahiran Kristus akan menjadi kelahiran baru bagiku juga, ternyata aku belu dapat lahir bersama Kristus. Hingga tahun baru, semakin jatuh dan jatuh diriku ini. Itu fase terberat dalam hidupku. Sempat di awal Januari 2011, Aga memulai obrolan denganku lewat YM. Namun, aku yang masih sakit, menanggapinya dengan emosional. Aku lepas kontrol. Padahal saran Mr. T, aku harus bersikap sangat dingin untuk menunjukkan dia bukan lagi seseorang yang berharga bagiku. Pembicaraanku dengan Aga, menurutku, benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak pernah menghargai aku sebagai perempuan apalagi temannya. Dia seperti melecehkan aku yang agresif dan konyol menganggap hal seperti ini begitu penting. Ini baru aku sadari setelah aku mengakhiri percakapan itu dengan mengaku bersalah lalu meminta maaf kepadanya. Sungguh tidak punya nilai berarti diriku saat itu, ckckck.
Untungnya di saat yang genting itu, aku selalu ditemani oleh seseorang bernama Mr. T. Dia teman seangkatanku. Dia yang selalu mendengarkanku, memberikan pendapat tentang peristiwa yang kualami. Jadi saat aku sudah putus harapan dengan Aga, aku yang masih melayang dan tentunya tidak mensyukuri keberadaan Mr. T di sampingku, masih tetap dalam kegalauan yang memuncak, hahaha. Belum kawan, belum kawan pembaca, belum aku merasakan aku harus membuka hatiku untuk seseorang yang lain, hehehe. kembali ke peristiwa Mr. Tiga Huruf, hehehe. Aku seseorang yang keras dan aku berpikir karena alasan itulah mereka berdua tidak dapat menceritakan apapun kepadaku. Padahal, jika kalian berdua baca ini, Aga, Bertha, aku lebih baik mengetahui tentang kalian yang sebenarnya, dibandingkan harus didiamkan seperti ini. Pada akhirnya aku dapat mengambil kesimpulan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang benar-benar baik, setulus hati, sepanjang masa. Karena pada akhirnya manusia akan kembali memperhatikan dirinya sendiri, bahkan seringkali melakukan kebaikan yang sebenarnya tidak akan berujung menjadi suatu kebaikan bagi sesamanya. Mungkin ini terlalu skeptis, tapi itulah dunia, bumi.