Kamis, 10 November 2011

Saat Ku Melayang

11:00 AM. Setelah memberikan wajah ini masker ampas kopi pagiku, aku sangat ingin kembali membuka blog ini. Aku sedang merasa aneh dengan diriku. Entah apa yang sedang terjadi pada diriku saat ini. Sepertinya, kata santai telah hilang dari kamus kehidupanku. Dalam ingatan ada mereka, ada dia, Mr. T. Ya, dia pernah kusebutkan sebelumnya. Dia yang mau mendengarkanku, menemaniku, mengecewakanku, menyakitiku, dan pada akhirnya membuat aku terjatuh lagi dalam cinta. Ya, dia masih seperti kado terindah dari Tuhan. Kado yang membuat aku belajar lebih banyak lagi tentang rasa. Aku ingin berbagi cerita disini, aku ingin menuangkan kekuatan hati ini menjadi cermin pengalamanku menghadapi diriku sendiri. Harus kuakui, aku kembali terjebak dengan pikiranku sendiri terutama dengan hati indah ini.
Sudah sejak awal kuliah aku mengetahui sosok Mr. T. Kami pun sempat menghabiskan waktu bersama-sama dengan teman-teman seangkatan yang lain pada suatu momen di awal tahun kami kuliah. Dari semula aku melihat dia, aku tertarik karena dia pernah mengatakan hal yang sangat menarik. Saat itu, kami di angkutan umum, bersama-sama kembali ke Jatinangor, tempat kami menimba dan beradu ilmu. Banyak sekali yang kami perbincangkan dan salah satunya mengenai dia, yang dibandingkan dengan abangnya yang lebih putih, lebih tinggi, dan telah mapan. Aku ingat sekali, saat itu ekspresi wajahnya langsung berubah dan dengan membara dia langsung mengatakan bahwa suatu saat nanti, dia pasti akan lebih putih, tinggi, dan lebih mapan dari abangnya. Aku yang mendengarnya hanya dapat tertawa dalam hati. Menarik sekali! Hahahaha, seorang laki-laki berani mengakui kelemahan melalui kalimat optimis seperti itu, hahahaha. Setelah itu kami sempat makan bersama. Sebelum menentukan tempat makan kami berdiri melihat sekeliling. Di saat itu, aku terkejut. Dia sempat meletakkan kepalanya di bahuku. Aku hanya terdiam melihatnya, begitu pula salah seorang temanku, yang membuka perbincangan mengenai dia di angkutan umum tadi. Momen beberapa detik itu, entah mengapa, tidak dapat kulupakan.
Beranjak ke tahun kedua kami kuliah, aku dan dia tidak pernah menghabiskan waktu bersama. Aku hanya pernah terlibat liburan bersama saat ke Bali di tahun ketiga kami kuliah. Dan saat itu dia berangkat bersama pacarnya, Natnat, adik angkatan kami. Aku tidak memiliki prasangka atau apapun dalam hati melihat mereka berdua. Malah kami berempat, dengan Ceu Mar, sempat menghabiskan waktu di pantai Kuta berjalan bersama. Aku, Ceu Mar, dan Natnat juga berada dikamar hotel yang sama. Kami berempat juga makan nasi Jinggo (makanan khas Bali, seperti nasi kucing di Jogja) bersama. Aku senang mengenal Natnat. Dia asyik. Dia bercerita kalau dia nekat berbohong kepada orangtuanya demi liburan bersama Mr. T. Hahaha, aku senang melihat mereka berdua, serasi. Aku pun mengalami liburan yang menyenangkan saat itu hehehe. Di tahun ketiga, kami pun sempat bersama-sama dalam satu momen. Kami mengikuti praktikum profesi ke tiga negara ASEAN bersama. Saat di Singapura, dia sempat berjalan bersama denganku menuju Sentosa. Berbincang sedikit mengenai kuliah, aku pun sempat menanyakan kabar Natnat. Aku kembali terkejut, mendengar dia putus dengan Natnat. Aku pun hanya dapat turut menyayangkan kejadian itu. Hanya sampai di situ kami mengobrol.
Saat itu bulan Oktober 2010, setelah pernikahan abangku. Saat itu aku sedang sangat galau karena Aga. Saat itu banyak orang yang kuminta pendapat mengenai rasa dan sikap. Dan saat itu, aku meminta opini Mr. T juga. Perbincangan itu, hanya lewat Yahoo Messenger. Perbincangan yang kumulai. Aku menangis saat bercerita dengannya. Aku sedih sekali. Bahasa dia yang begitu budiman dan pengertian saat itu, menghiburku. Sampai akhirnya dia mulai memberiku perhatian. Ternyata kosan kami berdekatan. Kami pun jadi lumayan dekat. Kami berangkat kampus bersama. Kami pulang juga bersama. Kami menghadiri pameran seni di monumen perjuangan, pameran komputer, dan pameran buku bersama. Kami pun sering makan malam bersama. Aku paling senang saat kami makan malam bersama di Braga Permai. Saat itu hujan gerimis. Kami berdua seperti biasa, ingin menjelajah wisata kuliner di Bandung. Aku yang telah lebih dulu kenal daerah Braga, aku mengajaknya makan es krim di Sumber Hidangan. Saat itu masih ada es krim vanilla rum. Dia sangat menyukainya. Setelah itu aku mengajaknya mencoba Bolognese Pizza di Braga Permai. Ya, di saat itu, aku merasa sangat senang dengan suasananya, begitu juga dengan dia. Dia mengatakan bahwa kami seperti sedang di luar negeri. Dengan para turis asing di sekitar kami yang menyantap makan malam. Suasanan gerimis ditambah lampu-lampu jalan menerangi bangunan-bangunan tua di sekitar kami, sangat memperindah suasana malam itu.    
Aku pun banyak tertawa, tersenyum hingga mengatakan aku harus menbawa Aga ke tempat ini. Aku yang terkesan cool (entah keren atau pendiam maknanya) di kampus, membuat dia terheran-heran, karena saat itu aku berbeda sekali. Hahahaha. Aku dikatakan seperti anak kecil yang senang sekali. Aku memang sangat senang. Sepertinya, panorama tempat itu menghias penuh hatiku hahahaha. Sampai saat pulang pun kami sepertinya senang sekali. Malam itu sangat menyenangkan. Pernah juga di kesempatan yang lain kami mengunjungi Braga. Kali ini kami ingin mencoba tempat makan yang lain. Kami pun ingin mencoba makan di Braga Cafe. Saat itu hujan gerimis lagi-lagi membasahi Bandung. Setelah berjalan cukup jauh dengan berpayungan berdua, kami pun sampai. Namun malangnya bagi kami, setiap jenis makanan yang ingin kami pesan telah habis semua. Karena tidak ada lagi yang ingin kami pesan, pada akhirnya kami kembali ke Braga Permai, saling mendekatkan diri satu sama lain di bawah payung kecil yang dia pegang. Kami tetap menikmati malam itu. Lagi-lagi malam yang basah (hei jangan piktor, jalan yang basah maksudnya, hahahahaha). Ya, ternyata masih ada juga saat-saat menyenangkan setelah hati ini remuk redam hehehe.

Kamis, 20 Oktober 2011

Saat Ku Belajar

Tidak terasa hampir setahun aku meninggalkan acara tulis menulisku disini. Pastinya semua kangen dong ya? Hahaha. Begitu indah perjalanan yang aku lalui setelah postinganku yang terakhir. Aku mengalamai banyak kemelut setelah surat itu tersampaikan. Ya, akhirnya aku banyak merevisi surat tersebut, dan meminta tolong sepupuku, yang kuliah di kampus yang sama untuk menyampaikannya. Sepupuku sempat bertanya, apakah aku yakin akan memberikannya? Apakah aku akan siap dengan segala kemungkinan yang terjadi? Aku menyatakan siap. Dan ternyata aku ditolak oleh Aga. Balasan yang dia berikan kepadaku lewat sms, sudah cukup menjelaskan banyak hal. Dia mengatakan tiga hal (tapi entah benar atau tidak ya, lupa-lupa ingat, hehe). Pertama, dia tidak pernah menyangka bahwa apa yang kupikirkan serumit itu. Kedua, dia meminta maaf telah membuatku merasakan hal istimewa ke dia. Dan ketiga, dia mengatakan aku akan dapat seseorang yang lebih baik dari dia. Sejujurnya, setelah menerima jawaban itu, aku menyadari kehancuran yang total telah terjadi di dalam hatiku.
Sulit menerima itu semua. Aku hanya diam untuk beberapa saat. Di waktu dia berulang tahun, di tanggal yang sama dengan hari Ibu, aku masih tetap mengucapkan selamat lewat buku muka miliknya. Aku masih berusaha berpikiran positif di tengah kehancuran hatiku. Sampai akhirnya di akhir bulan Desember 2010, aku melihat status hubungan dia yang sebenarnya. Ternyata dugaanku benar. Perempuan itu adalah teman magangku di KCBI (Kantor Cabang Bank Indonesia) Bandung. Aku mulai mencurigainya saat dia dan perempuan itu tiba-tiba berteman di facebook. Aku pun mencoba berbicara lewat YM dan sms dengan perempuan itu. Namun, di saat bulan Oktober 2010, dia mengaku belum memiliki hubungan apa-apa. Tetapi, semuanya sudah terjawab. Ternyata memang perempuan itu yang Aga pilih. Aku mengetahui perempuan itu sbagai pribadi yang religius, fokus, dan serius. Kurang lebih seperti itu saat ku mengenalnya. Perasaanku campur aduk. Di satu sisi, aku merasa ini tidak adil bagiku. Aku marah, kesal, dan mencaci diriku sendiri karena aku menggangap diriku bodoh. Sangat bodoh! Aku menangis berhari-hari. Aku tidak ingin kemanapun atau bertemu siapapun. Sampai akhirnya aku hanya dapat berbagi cerita dengan adikku dan Citra, sahabatku, serta Mr. T, seorang pendengar yang sangat baik, pada awalnya. Mengapa? Tunggu kelanjutan kisah Mr. T di lembaran yang baru.
Batinku masih sakit saat aku memberanikan sms perempuan itu untuk menanyakan bahwa, mengapa tidak dari dulu saja kamu katakan apa yang kamu rasakan. Aku melanjutkannya dengan kalimat dimana aku merasa dibohongi oleh mereka. Wow, berlebihan ya? Hahaha. Namanya juga lagi broken heart, hehehe. perempuan itu hanya membalas dengan kata-kata bahwa aku tidak akan mendengarkan karena ceritanya panjang dan she said sorry for that. Aku pun mengatakan bahwa aku siap mendengarkan. Tapi setelah itu perempuan itu tidak membalas lagi. Alhasil, aku melewati Desember yang benar-benar kelabu. Saat ku merasa kelahiran Kristus akan menjadi kelahiran baru bagiku juga, ternyata aku belu dapat lahir bersama Kristus. Hingga tahun baru, semakin jatuh dan jatuh diriku ini. Itu fase terberat dalam hidupku. Sempat di awal Januari 2011, Aga memulai obrolan denganku lewat YM. Namun, aku yang masih sakit, menanggapinya dengan emosional. Aku lepas kontrol. Padahal saran Mr. T, aku harus bersikap sangat dingin untuk menunjukkan dia bukan lagi seseorang yang berharga bagiku. Pembicaraanku dengan Aga, menurutku, benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak pernah menghargai aku sebagai perempuan apalagi temannya. Dia seperti melecehkan aku yang agresif dan konyol menganggap hal seperti ini begitu penting. Ini baru aku sadari setelah aku mengakhiri percakapan itu dengan mengaku bersalah lalu meminta maaf kepadanya. Sungguh tidak punya nilai berarti diriku saat itu, ckckck.
Untungnya di saat yang genting itu, aku selalu ditemani oleh seseorang bernama Mr. T. Dia teman seangkatanku. Dia yang selalu mendengarkanku, memberikan pendapat tentang peristiwa yang kualami. Jadi saat aku sudah putus harapan dengan Aga, aku yang masih melayang dan tentunya tidak mensyukuri keberadaan Mr. T di sampingku, masih tetap dalam kegalauan yang memuncak, hahaha. Belum kawan, belum kawan pembaca, belum aku merasakan aku harus membuka hatiku untuk seseorang yang lain, hehehe. kembali ke peristiwa Mr. Tiga Huruf, hehehe. Aku seseorang yang keras dan aku berpikir karena alasan itulah mereka berdua tidak dapat menceritakan apapun kepadaku. Padahal, jika kalian berdua baca ini, Aga, Bertha, aku lebih baik mengetahui tentang kalian yang sebenarnya, dibandingkan harus didiamkan seperti ini. Pada akhirnya aku dapat mengambil kesimpulan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang benar-benar baik, setulus hati, sepanjang masa. Karena pada akhirnya manusia akan kembali memperhatikan dirinya sendiri, bahkan seringkali melakukan kebaikan yang sebenarnya tidak akan berujung menjadi suatu kebaikan bagi sesamanya. Mungkin ini terlalu skeptis, tapi itulah dunia, bumi.