Selasa, 19 Juni 2012

Seperti Dia

Belum dapat kupastikan apa yang akan kutulis saat judul ini kupampang disini. Masih banyak emosi labil yang menghantui kepalaku. Sampai tadi malam aku mulai mendapat pencerahan tentang apa yang akan kutulis. Blog ini dibuat untuk memuat kisah-kisah romansa yang kuanggap penting dalam perjalanan hidupku. Dan kisah itu tidak selalu datang setiap hari karena kisah ini belum berujung pada seorang lelaki yang Dia kehendaki bersanding di sampingku hingga akhir hayat kami sebagai manusia. Jadi sepertinya blog ini akan mulai terisi di waktu-waktu tertentu dimana kurasa ada hal yang ingin kusampaikan atau dari apa yang kualami. Untuk waktu yang begitu lama pada akhirnya aku mau mengungkapkan apa yang terjadi dalam hidupku. Lalu, apa yang hendak kamu tulis dengan judul itu wahai sang penulis Mayagarene? Narsis sedikit bolehlah, hahaha. Tulisan ini tercetus dari banyaknya pertanyaan yang sering orang tanyakan kepada para lajang yang belum memiliki pasangan. Pertanyaan tentang kriteria pasangan yang diidam-idamkan. Mau pasangan yang seperti apa? Mau yang bekerja apa? Mau yang sifatnya bagaimana? Biasanya orang-orang akan menjawab yang baik, ganteng, dokter atau mandiri, cantik, pengusaha.
Ya, begitu banyak kriteria yang akan keluar dari mulut kita saat pertanyaan-pertanyaan itu datang. Apalagi jika hal ini ditanyakan kepada para pelajar, hahaha, tidak terbayang akan sebanyak apa jawaban itu. Namun, ada satu hal yang kusadari. Semakin bertambahnya umur, semakin sedikit kriteria yang dibutuhkan seseorang untuk mendeskripsikan pasangan idamannya. Benarkah? Hahaha, itu hanya teoriku saja. Sebenarnya itu kembali lagi pada tingkat kedewasaan seseorang. Dan tingkat kedewasaan seseorang tidak dapat diukur dari usia. Setuju? Ooo yes! Itulah yang sedang kualami saat ini. Setelah bertemu dengan beberapa lelaki yang kuanggap spesial dalam hidupku, aku mulai mendapat pemahaman yang lebih baik mengenai interaksi istimewa dengan lawan jenis. Mungkin belum cukup banyak lelaki yang kukenal. Mungkin akan banyak Aga-Aga lain atau Mr. T-Mr. T lain yang akan datang ke dalam hidupku. Tapi satu hal yang pasti aku hanya ingin menerima seseorang yang benar-benar seperti Dia. Apa maksudnya? Siapa itu Dia? Dengan huruf kapital dalam penulisan Dia, kalian sudah pasti tahu siapa yang kumaksud. Siapa lagi kalau bukan Tuhan? Pencipta yang Maha Kuasa dan Maha Baik. Wow! Sempurna sekali kriteriamu. Manusia mana mungkin ada yang sama dengan Dia? Hahaha, justru itulah tujuan kata seperti sebelum kata Dia.
Seperti berarti hampir sama atau mirip. Maksud seperti itulah yang kiranya muncul dibenakku saat Neng Cit bercerita tentang kriteria pasangan idamannya. Kami berdua merindukan pasangan yang seperti Dia. Untukku pribadi, seperti Dia berarti seorang lelaki yang nyaman dengan cinta Tuhan di dalam hatinya. Maksudnya? Nyaman dengan cinta Tuhan maksudnya nyaman dengan dirinya sendiri. Artinya lelaki itu benar-benar menerima sepenuhnya kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri. Mengapa harus lelaki yang seperti itu? Karena lelaki yang seperti itu pasti memiliki PBB hanya kepada Tuhan. PBB? Perserikatan Bangsa-Bangsa? Hahaha, bukan. PBB disini adalah Percaya, Berharap, Bersandar hanya kepada Tuhan. Lalu, apa pengaruhnya untukkmu sebagai pasangannya? Kurang lebih akan ada tiga hal yang kuyakin akan mengubah hidupku setelah aku bertemu dengan lelaki yang seperti Dia.  
Pertama, dengan kasihnya, lelaki ini akan membantuku menambah kadar imanku. Caranya dengan bersedia selalu mengingatkan aku akan cinta Tuhan yang tidak terbatas. Dimana aku diajarkan untuk selalu bersyukur, berdoa, dan berbagi kasih sesuai firmanNya, dalam keadaan susah atau senang. Jika tidak, aku akan merasakan kehilangan yang paling besar, jauh lebih besar dari pada aku kehilangan pasanganku itu. Kedua, dengan pemikirannya yang bijak, dia akan selalu bersedia menolong siapapun yang membutuhkannya. Tidak peduli apakah orang yang akan ditolongnya itu pernah menyakiti dia atau keluarganya atau orang-orang yang dikasihinya. Niat dia akan tetap teguh untuk menolong sebaik mungkin. Ketiga, dengan kejujuran dan kesetiaannya, dia akan bersedia mendengarkan, memaafkan, dan menerima segala kekurangan dan kesalahanku yang telah menyakitinya hingga akhirnya aku menjadi pribadi yang lebih baik tanpa kehilangan jati diriku.
Kriteria pasangan yang kuinginkan ada dalam sepuluh baris. Tapi yang kuinginkan belum tentu sama dengan yang Tuhan inginkan. Jadi, sepuluh baris itu akan atau tidak akan berarti apa-apa jika Tuhan tidak merestuinya. Karena dua orang yang berbeda menjadi satu bukan karena persamaan yang mereka miliki, namun karena cinta Tuhan yang terpancar dari hati mereka masing-masing. Semoga setiap pembaca tulisan ini benar-benar akan menemukan cinta sejatinya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar