Selasa, 09 November 2010

Saat Bertemu Sosok yang Lain

Hari ini sebenarnya hari yang berat untuk saya. Masalah saya semakin berat, semakin menghimpit, sampai saya tidak tahan lagi untuk menahan derasnya air mata yang keluar. Keinginan buang air besar hilang seketika saat tahu perkembangan masalah saya itu. Untung ada Laxing! (maaf iklan, hahaha). Saya pun seperti akan berputus asa. Tapi timbul keinginan untuk menulis, melanjutkan kisah romantika saya, hehe. Berharap dapat lebih kuat setelah mengeluarkan tulisan, dapat mengobati hati yang sudah tidak berbentuk lagi (zzz, bahasa saya, haha). Selamat menikmati, selamat berbagi, karena selama saya masih diberikan kesempatan menulis, saya akan menulis. Semoga bermanfaat.
Selama saya menanti my "Lucky Irene", selama itu pula saya berusaha membuka kesempatan untuk mengenal sosok lelaki lain dalam hidup saya. Tujuannya untuk melupakan "Lucky Irene" itu juga, hehe. Memasuki tingkat tiga kuliah saya, saya pun tertarik dengan satu sosok yang lagi-lagi menjadi pusat perhatian khalayak ramai. Dia pemimpin angkatan saya. Di mata saya, dia tidak memiliki kepemimpinan yang kuat, tapi memiliki relasi yang kuat. Dia yang terlihat murah senyum, polos, dan ternyata memang polos, soal perempuan juga (yang saya tahu), membuat saya merasa dia sosok yang menyenangkan. Banyak yang menyukai dia, saya pun, dan senang juga sempat berkirim-kiriman pesan konyol sama dia untuk beberapa waktu, hahaha. Meskipun pada akhirnya dia memilih untuk bersama perempuan tercantik di angkatan saya, sedih juga tapi hanya sejenak sudah bisa tersenyum lagi melihat mereka yang serasi, hehe.
Tak berselang lama sejak itu ospek pun mulai berjalan, dan lagi-lagi di saat itu saya diberi kesempatan dekat lagi dengan seorang lelaki, senior saya. Kami satu divisi. Dia jadi perhatian saya karena cuma dia satu-satunya anggota yang awalnya jarang sekali datang, tiba-tiba datang. Saya pun tertarik dengan sosok ini. Meskipun kelihatannya sosok yang suka bermain-main, apalagi dengan perempuan (mungkin ini, sepenilaian saya, hehe), tapi dibalik itu ada satu keyakinan yang terpancar kalau dia itu sebenarnya bukan tipe setengah hati dalam menjalin hubungan ataupun melakukan sesuatu. Saya ingat waktu itu, waktu kami sedang tugas, saya dan dia yang ada di barisan paling belakang, mendadak kabur berdua untuk istirahat sebentar, karena yang lain memang akan mengikuti kuliah yang tidak kami ambil berdua. Mata kuliah filsafat ilmu. Dimana saya sudah dapat nilai baik dan dia cukup. Saya lupa-lupa ingat dengan yang dia katakan soal nilai itu, yang menurut dia, adalah ukuran tingkat kewarasan, hahaha. Jadi katanya (seingat saya), kalau ada mahasiswa yang dapat nilai A=gila, B=agak gila, C=cukup gila, D=agak waras, E=waras. Hahaha, selalu tertawa terbahak-bahak kalau ingat ini. Berarti saya memang cenderung gila dari awal masuk kuliah. Pantas belum lulus juga, hahaha. Kembali, kembali. Saat saya berduaan mendinginkan diri kami dari panasnya hari itu, kami mulai bercerita, meskipun tidak terlalu banyak. Dia bercerita kalau selama ini dia tidak pernah lama menjalin hubungan dengan perempuan. Paling lama dia bertahan dalam suatu hubungan itu satu bulan. Bingung saya mengapa tiba-tiba dia cerita hal seperti itu ke saya yang baru dikenalnya. Sejak itu kami jadi lumayan dekat. Pada saat ospek hampir diselesaikan, saya dikejutkan oleh dia yang katanya menyatakan perasaan spesialnya pada seorang perempuan cantik di angkatan dia. Pantas tadi dia berdua saja satu mobil, ternyata itu maksud dan tujuan dia. Ditolak, itu yang saya dengar. Saya pun mencoba mendekatinya, respon sms dan telepon cukup baik, dan tahu apa pendapat dia tentang saya dari awal, satu kata, GILA! Hahahahaha. Sempat bersedih juga karena tidak lama setelah itu dia mengaku tengah menjalin hubungan dengan seorang perempuan. Saya sempat berharap kalau hubungan dia tidak akan lama (jahat memang, itulah ungkapan sayang saya ke dia, saya susah munafik, hehe), tapi ternyata dia bisa bertahan hingga lebih dari setahun (terakhir lihat friendster dia sudah 2 tahun yang lalu, seingat saya). Saya hanya dapat tersenyum dan berkata dalam hati, "Great Job PUP!" XD
Selalu merasa bagaikan CUPID, saya kesal juga. Sempat bertanya mengapa bukan saya yang dipilih oleh mereka. Salahkah saya yang selalu mendatangi lebih dulu? Ya, itu teori yang saya tahu, dimana kaum adam lebih senang mendatangi perempuan yang menantikan dia, dibanding sebaliknya. Saya baru menyadari teori ini sewaktu saya bertemu seseorang, yang akan saya ceritakan nanti, hehe. Tapi Tuhan memang baik, dia memberi saya kesempatan untuk menjalin hubungan dengan seseorang. Dia lelaki biasa, mahasiswa Fisika, yang saya kira dapat menjadi seorang yang baik bagi hidup saya, namun ternyata tidak. Saya dengan dia kebetulan bertemu di angkutan umum (silahkan yang merasa geli, karena saya juga merasa lucu, hahaha) dan setelahnya kami berkenalan dan mengobrol banyak sekali di bus yang kami naiki selanjutnya. Hahaha. Setelah itu dia mulai mendekati saya, sms atau telepon, lalu mengajak saya jalan. Saat pertama kali jalan sama dia, saya merasa geli sendiri, karena teman dia berbuat iseng, yakni mengganti nomor PIN ATM yang dia bawa. Hahahaha. ATM yang mereka pakai bersama. Dia malu, saya terbahak-bahak (meskipun dalam hati, kasihan kalau depan orangnya, hahaha). Jadilah saya dengan dia, tapi tidak berselang lama. Di awal hubungan, dia sudah berbuat yang tidak saya sukai, yakni berusaha menyakinkan saya dengan cara yang salah. Dia bilang dia anak manja. Saya bilang, saya sebenarnya tidak suka anak manja, tapi saya masih dapat menghadapi kemanjaan tersebut. Dia bilang, saya bisa seminggu tidak memberi kabar, dan biasanya ini akan membuat pacar saya yang dahulu akan marah atau ngambek. Saya hanya bilang oh, karena untuk selanjutnya saya coba buktikan, dan hasilnya malah dia yang berprasangka buruk dan menuduh saya macam-macam. Saya cuma bisa geleng-geleng kepala melihat sikapnya yang tidak konsisten itu. Dia selalu mencoba buat saya cemburu dengan menceritakan kalau dia sedang didekati oleh seorang perempuan, sudah berciuman, lalu menunjukkan bekasnya. Awalnya saya cemburu namun kemudian saya hanya bisa tertawa dan muak, hahahaha. Saya bukan anak kecil bung, ingin saya katakan demikian. Saya bukan anak remaja yang labil. Saya punya pemikiran sendiri soal suatu hubungan, maka dari itu dari zaman sekolah dulu pun, saya tidak pernah ingin punya hubungan spesial dengan lelaki hanya untuk mendapat pengakuan oleh orang sekitar. Saya ingin memiliki hubungan yang sehat. Satu bulan sepuluh hari hubungan itu saya akhiri. Gomen kudasai.
Kemudian saya pun tidak ingin menjalin hubungan apapun setelah itu. Meskipun banyak yang datang, tapi saya berusaha menolaknya. Saya tidak berminat dengan perkenalan dunia maya atau yang hanya terlihat seperti ingin "menambah koleksi" saja. Saya kembali autis (hahahaha) setelah mengarungi samudera (hahaha, maaf menjelang tengah malam, otak mulai menggila) untuk belajar mengetahui sosok laki-laki yang berbeda-beda, saya pun sadar bahwa "Lucky Irene" tidak akan dapat saya lupakan, karena dia akan selalu jadi bagian dari hidup saya yang bernama : kenangan. Dan begitu juga untuk yang lainnya, yang saya ceritakan di atas, hehehe. Kalian memberi warna di hati saya, entah kalian tahu atau tidak, tapi terima kasih, hanya itu yang dapat terucap untuk kalian semua. Berharap saat bertemu lagi, kita semua telah menjadi orang yang lebih baik lahir dan batin, amin. God bless us d^^b

Tidak ada komentar:

Posting Komentar