Selasa, 09 November 2010

Saat Kubuka Hati, Ku Disadarkan Olehnya

3:33 AM, waktu yang ditunjukkan netbook saya. Saat ini saya memang masih ingin melanjutkan dua tulisan lagi, ini dan satu lagi. Melanjutkan yang sebelumnya, seperti yang saya katakan ini baru awal. Setelah kursus kami berakhir, sepertinya itu juga jadi akhir pertemuan saya dengan dia. Meskipun saya mengambil alih tugas menyebarkan bahan materi TOEFL, tapi pada akhirnya jadi dia yang mengerjakan. Berharap bisa bertemu setelahnya saat mengambil CD yang sudah jadi, ternyata hanya harapan saja. Memang hari terakhir kami bertukar YM dan facebook, tidak berapa lama setelah itu, kami pernah beberapa kali ngobrol. Berbagi cerita yang terjadi (tapi saya yang banyak cerita, pada awalnya), saat dia sakit atau buruknya hari saya. Sampai suatu saat saya tanpa sengaja, membuat shoutout YM yang sama dengan teman saya, yang artinya lelah menunggumu. Dia yang katanya melow terbawa suasana sakit, malah mulai bercerita tentang kisah kasih dia dengan seorang perempuan. Cerita yang mengejutkan saya, karena saya pun mengalami hal yang tidak jauh berbeda. Dia memiliki cerita seperti "Lucky Irene", dengan versi yang lebih mengharukan karena perjuangan dia yang terlihat tulus untuk perempuan itu. Saya kagum karena ketulusan dia yang dapat bertahan selama itu. Tanpa disadari ada rasa lain selain itu yang tumbuh.
Setelah berbagi pengalaman yang sama, kami pun beralih pada topik lain, topik saya dengan dia. Saya pun iseng bertanya menanyakan sebenarnya apa yang dia rasakan terhadap saya. Lumayan lama juga dia menjawab sampai pada akhirnya dia menjawab, rasa sebagai teman. Saya pun dikatakan agresif olehnya dan sempat dinasehati untuk jangan berbuat agrresif seperti itu bila nanti menyukai seseorang, karena bisa menimbulkan salah sangka. Saya antara kesal dan bersyukur dapat kejelasan apa yang dia rasa, saya merasa sedih juga. Saya pun mengalihkan pada obrolan yang lain. Saya mencoba gantian bercerita tentang "Lucky Irene" dan sebagai tambahannya cerita pariban saya. Hahahaha, iya saya akhirnya dapat menemukan seseorang yang dapat mengerti problema pariban itu dari dia. Sebagai tambahan saya akan bercerita singkat soal pariban saya ini.Pariban itu saudara yang masih sedarah, namun ada silsilah tertentu yang dalam adat istiadat suku asli keluarga saya, yang membolehkan adanya perkawinan diantara anak cucu mereka yang bersaudara. Haaa kalau sudah berbicara soal saudara, saya bingung, karena setiap bertemu orang yang satu suku dnegan saya, mereka bilang kita bersaudara, dan beberapa langsung berkata, wah berarti saya pariban kamu ya, (---__---)" (kalau bisa izinkan saya menghilang saat itu -bagai menegakkan benang basah-). Seingat saya dua kali saya bertemu dengan orang yang saat baru kenal langsung berkata kalau saya pariban mereka. Satu di perkumpulan katolik di kampus (yang saya tidak tahu ternyata di dalamnya batak sekali) dan satu lagi saat saya dan Emak hendak menanyakan harga mobil pada seorang salesman, tapi berujung pada obrolan dan kenalan kalau saya adalah paribannya. Mengapa saya seperti begitu tidak sukanya mendengar kata pariban?
Jawabannya, mungkin karena pariban saya ini. Pariban saya sepertinya suka sama saya. Dahulu dia pernah datang ke rumah mencoba mencari nafkah, namun karena kurang terampil dengan sikap yang tidak menyenangkan, dia gagal dan kembali ke tempat asalnya. Saat kembali itu, saya masih merasa biasa saja, memang hanya menganggap dia abang. Tapi ternyata sikap saya diartikan lain oleh dia, dia pun sempat menyatakan perasaannya sama saya, saat itu kelas satu SMA, saat saya suka dengan Erick, hehehe. Tapi dia tidak percaya, menganggap saya sukanya sama dia, padahal saya sudah dengan jelas berkata saya sudah suka orang lain. Tapi memang dasar egoisnya tinggi sekali, semenjak itu saya seperti diteror olehnya. Tengah malam di telepon, hanya untuk mendengar cekikikan teman-temannya, di sms terus menerus, semua dengan nomor yang berbeda, sampai berkembang dimana dia menipu saya untuk mendapatkan pulsa. Memaki sudah pernah, bertemu kembali saat saya ke Medan, sudah pernah juga. Saat itu saya berusaha bersikap biasa saja, baik-baik saja, karena kami bertiga diantar berjalan-jalan sama dia. Dia pun sempat cerita masalah-masalah yang dia hadapi, saya pun menanggapinya dengan baik, memberi dukungan, menyemangati. Sampai itu masih berlanjut ke sms atau telepon juga saat kami pulang ke Jakarta. Namun itu semuanya kembali busuk, saat dia mulai berbohong lagi mengenai pekerjaannya, mengenai kehidupannya. Saya sangat tidak suka pembohong, karena saya merasa seperti orang yang dibodohi, meskipun saya akui saya pernah berbohong. Bersikap jujur tidak perlu bayar mahal. Sejak itu saya sudah tidak lagi menghormati dia, saya sudah tidak peduli lagi sama dia. Mungkin dia menganggap saya tetap punya rasa sama dia, saya cuma tidak mau mengakuinya, haduh, dari awal saya sudah bilang saya hanya menganggap dia teman saja, saudara saja, tidak lebih, malah minus karena sikap tidak tahu diri dia. Sikap yang ditunjukkan saat dia datang sebelum pernikahan abang saya tercinta, sikap tidak menghormati Emak saya, dan sikap saat resepsi dan pemberkatan berlangsung, yang membuat kepala ini menggeleng tegas. Akhirnya diketahui dia sudah punya pasangan selama enam tahun, waktu dimana dia selalu mencoba meyakinkan hatinya bahwa saya akan membalas perasaannya dengan baik.
Kembali pada pandangan Mr. Tiga Huruf, menurut dia, yang saya juga baru tahu, kalau pariban lelaki sudah menunjukkan rasa sukanya, sebagai pihak perempuan saya harus mau. Wah, maaf punya maaf, di keluarga saya, meskipun asli dari sana, pemikiran moderat. Emak saya juga tidak setuju. Sempat memang saya stres (tahun ini saya mudah sekali stres), menghadapi kelakuan yang tidak menyenangkan begitu, bergonta-ganti nomor, tapi biarlah biar dia melihat sendiri, dan ternyata setelah resepsi kemarin itu saya pun masih menerima sms selamat ulang tahun, yang entah dari siapa, entah dari pariban itu, yang permintaan pertemanannya sudah saya terima di facebook, lalu melihat status saya, mungkin. Uniknya, dia juga memiliki kasus yang kurang lebih sama dengan saya. Membuat kami tertawa bersama, karena kami berkata, tidaklah kalau dengan pariban, hahahaha. Itu malam yang panjang tanggal 20 Juli 2010. Obrolan via dunia maya itu ditutup dengan kemunculan bulan purnama yang berwarna kekuningan, warna yang beda dari biasanya, menurut dia, yang kemudian memintaku untuk melihatnya keluar (sesuatu yang manis, gula kali, haha). Pagi datang tapi yang saya rasakan pertama kali justru rasa sakit yang menusuk. Ternyata perkataan dia mengenai saya yang agresif, saya yang hanya temannya, membuat saya seperti itu, menyadari saya akan segala perbuatan saya di masa lalu, membuat saya malu dengan diri saya sendiri. Baru sekali itu dalam keseluruhan hidup saya, ada kritik yang benar-benar menjawab semuanya. 
Saya kesal sekali awalnya, saya sedih sekali juga, dianggap sebagai perempuan yang tidak punya harga diri. Mulai dari percakapan itu, semuanya berubah. Apalagi saya yang dengan keberanian saya mengirimkan sms yang mengatakan : sebenarnya orang yang saya suka tidak perlu salah sangka, karena saya tidak akan mau diantar pulang hampir setiap hari sama orang yang baru dikenal, kalau saya tidak percaya sama dia; karena saya belum pernah ngajak makan seorang lelaki diluar kecuali sama dia; karena saya tidak akan senyaman dan selepas itu berekspresi depan lelaki yang baru dikenal kecuali sama dia; karena saya tidak akan sesenang itu mengetahui dia berencana mengajak saya bersuka ria bersama jika itu bukan dia; karena saya tidak akan seniat itu kembali ke Bandung untuk kursus kalau saya tidak ingin melihat dia di minggu terakhir; dan tidak akan merasa sesakit ini saat dia bilang itu semua hanya rasa sebagai teman. Dia saat itu hanya diam. Saya tahu dia mengerti cuma dia belum bisa menerima itu semua karena masih ada jejak yang dulu. Saya mengerti, karena saya pun dulu seperti itu. Saya yang dulu mendirikan dinding tebal demi menjaga hati yang telah diberikan kepada seseorang namun tidak pernah dikembalikan secara utuh. Karena saya yang sekarang ini datang kepadamu adalah saya yang sendiri sedang berusaha untuk membangun sebanyak mungkin jendela dan pintu di dinding itu, agar saya dapat belajar bahwa semua yang datang, tidak selamanya dapat ditahan untuk tinggal, sebab ada saatnya untuk melepaskan pergi.
Saat saya ingin menjelaskan semuanya sambil makan siang bersama, dia mengelak dan berkata tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, dan penegasan kita masih berteman? Ya, jawab saya. Setelah itu saya masih berkomunikasi dengan dia, dia pun masih menanggapi dengan baik, hingga ada acara kampus, dimana saya diundang datang, namun saya yang hanya temannya terlalu percaya diri jika harus datang sendiri, saya tidak ingin. Sepertinya dia kesal, maaf. Saya pun mengundang dia ke acara kampusnya sendiri, yang berhubungan dengan ulang tahun Bandung, tapi dia tidak bisa datang juga. Sampai semuanya harus saya hentikan, karena saya terlalu terfokus akan dia, yang hanya menganggap saya teman. Di saat terakhir saya butuh saran untuk memecahkan suatu masalah keluarga, dia tidak mengangkat telepon atau menjawab obrolan dengan kepedulian seperti dulu, mungkin dia memang lelah, tapi sampai keesokan harinya pun, dia tidak peduli, sakit hati ini. Untung ada Citra, dia menyarankan untuk curhat ke Babe God, hehehe. Memang benar curhat dengan Dia bisa kapan saja dan dimana saja, gratis! Benar-benar selesai pula, hehehe.
Sebulan lebih sesudah kejadian itu. Saya yang sudah mantap seimbang, mulai fokus sama kehidupan saya, apalagi dalam keluarga, karena abang saya akan menikah. Saya hanya dapat mendoakan dan menyerahkan segala yang terbaik bagi dia juga semua orang yang saya kasihi selain dia. Hari itu, tanggal 10 Oktober 2010 pukul 10:00 pagi, saya mendapat kejutan, dia tiba-tiba sms saya. Sms yang aneh, tidak ada basa basi busuk, menanyakan kehadiran saya di suatu acara kampus dia atau tidak. Smsnya berbeda, terlihat senang sekali. Saya yang sedang dirudung masalah besar, senang tapi hanya bisa menjawab sekedarnya. Perjalanan hari itu terasa panjang dan melelahkan, habis diperjalanan saja rasanya waktu saya. Baru keesokan harinya, saya beranikan diri mengirim sms mencoba mencari tahu ada apa sebenarnya. Saya mencoba buka kembali facebooknya dan memang ada yang berbeda, disitu status hubungan dia sudah berubah. Memberikan selamat dan mencari tahu kebenaran mengenai siapa yang mengisi hatinya, ternyata tidak segampang itu, padahal dia bilang kita teman. Saya hanya tahu sedikit, tapi tidak tahu benar atau tidak, sesuai yang dia katakan bahwa pasangannya di Jakarta. Saat dia mengajak ujian final TOEFL bareng, saya yang hanya berstatus teman, tidak enak bila tidak mengajak yang lain, jadi memang saya tidak memberi kepastian yang berujung dia tidak datang. Padahal dia sudah daftar duluan, hmmm, sudah niat tapi tidak jadi. Padahal saya ingin mengundang dia dan pasangannya itu ke resepsi pernikahan abang saya. Saya ingin tahu saja, tidak bertujuan jahat atau apapun itu. 
Saya sedih sekali, mungkin memang beginilah saya. Sepenuh hati saya berikan, padahal saya belum tentu bersama dia. Saya hanya ingin benar-benar merasakan hak istimewa saya dalam mencintai atau menyayangi atau menyukai seseorang tanpa setengah-setengah. Sesudah itu, sms terakhir saya yang berusaha tahu siapa pasangannya tidak dibalas juga. Dia pun tidak peduli apa yang terjadi sama saya. Tapi saya yang tidak mengerti mengapa hanya dengan keberadaan smsnya saja membuat saya kembali buyar, terfokus pada banyak pertanyaan tentang dia. Tentang shoutout YM dia yang memasang Mary Jane-The Click Five lah (lagu yang menurut saya bukan lagu kasmaran), atau dia lagu dengan lirik open your heart. Keraguan akan kebenaran status hubungan dia menjadikan beban bertambah berat, yang pada akhirnya membuat saya benar-benar stres dan ingin mati saja (menyeramkan dan berlebihan ya?). Tapi, tanggung jawab akhirat yang lebih besar membuat saya urung (hahahahaha, becanda ini). Pernikahan abang saya pun tidak dapat saya nikmati dengan perasaan bahagia, maaf abangku.
Saya tidak tahu dapat bertemu dengan dia lagi atau tidak setelah menulis ini, karena saya dengan ekstrimnya memindahkan dia dari dunia maya dimana saya dapat melihat dia. Terakhir saya tahu dia menyembunyikan status hubungannya itu dan bila saya lihat profilnya yang cuma segelintir, saya dapat mengetahui tanggal lahi dan lokasi dia sekarang. Kebenaran akan peristiwa yang sebenarnya hanya diketahui Tuhan dan dia. Cuma sekiranya dia tertarik masuk ke blog ini, saya ingin dia membaca surat yang akan saya tulis setelah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar