Rabu, 22 September 2010

Saat Mulai Kutemukan

Heeeyaaa hey ya ha! Di saat senggang ini sembari menunggu waktunya mandi. Loh kok malam? Yah tadi saya baru melaksanakan pembersihan wajah besar-besaran di London Beauty Center hehehehe. Perih wajah ini sayang sungguh perih sekali huohuo (malah nyanyi, gila emang hahahaha). Wah kok jadi terbawa mellow ya mendengar lagu Thalita Latief feat Konig, "tapi itu tak mungkin, semua berubah", huuufffhhh jadi teringat sesuatu. Hush hush pergilah pikiran negatif itu! Kembali pada kisahku. Selepas tamat Sekolah Menengah Pertama, saya mulai sibuk memasukkan pendaftaran ke Sekolah Menengah Atas di Jakarta. Ya di Jakarta, karena menurut orang saat itu jika sekolahnya didaerah Jakarta akan lebih mudah mencari kerja dikemudian hari. Kata tante saya yang cerewet dan jorok itu. Akhirnyalah saya mencoba mendaftar dengan persaingan yang sangat ketat (karena beda tolak ukur jika berasal dari Sekolah Menengah Pertama selain Jakarta). Malangnya saya kalah saing. Dengan berat hati saya pun menuruti kata bapak saya yang menyarankan masuk Sekolah Menengah Atas dekat rumah. Saya sebenarnya sangat tidak berminat sekolah di situ.karena setiap sore saya melihat anak-anak sekolah itu sering nongkrong di warung kecil pinggir jalan sambil merokok dan mengganggu pemandanganlah pokoknya. Terkadang benar kata orang, suatu saat apa tidak kita sukai akan kita alami suatu saat. Begitulah kira-kira yang saya rasakan saat itu.
Awal masuk sekolah saya sangat merasa tidak suka. Tapi tetap saya coba jalani. Di situasi yang serba terpaksa itu (menurut saya hehehe), saya menemukan kembali sosok terkenal yang menggugah hati. Hehehehe. Ya dia adalah Erick. Seorang senior kelas tiga yang multi-talented (menurut saya lagi hehehe). Bagaimana tidak hampir setiap ekstrakulikuler yang ditampilkan saat Masa Orientasi Siswa dipertunjukkan oleh dia dan kakak-kakak yang lain.Senyumnya yang mempesona setiap siswi baru membuat dia memang banyak disukai oleh mereka. Saya yang termasuk cupu alias culun punya saat itu otomatis tidak berani mendekati dia yang memang terlihat hanya suka dengan wanita berkulit cerah. Yayayaya jadilah saya seorang siswi yang berorientasi belajar saja. Hehehehe. Sempat saya berkenalan dengan senior bernama Cahyo, namun sepertinya dia lebih tertarik kepada Anggi, teman saya. Namun beda di sekolah, beda di luar sekolah. Ada seorang bernama Ndin yang datang ke kehidupan saya. Saya juga masih bingung darimana dia mendapatkan nomor handphone saya. Hari-hari saya pun di isi oleh Ndin mulai dari telepon, sms, sampai telepon rumah (masih laku dulu telepon rumah, pulsa mahal soalnya hehehehe). Saat merasa klop, saat itu menularlah kenal-kenalan itu ke temannya Damar. Namun pada akhirnya saya yang kurang percaya diri untuk bertemu dengan mereka berdua malah dibohongi oleh teman dekat saya sendiri, Yenny, orang yang saya ceritakan dengan komplit kedekatan kami dan akhirnya jadian dengan keduanya secara bergantian. Huuufffhhh dasar perempuan remaja, tidak bisa melihat lelaki remaja ganteng atau tajir sedikit, langsung disambar! Saya yang saat itu sadar dibohongi jadi menjauh. Lagi-lagi Tuhan tidak mengizinkan saya untuk berikatan dengan siapapun. Thanks God! Hahaha.
Menjelang kelas dua saya, yang selalu menjadi seorang bendahara kelas (ya dari kelas satu sampai kelas tiga, wajah jujur kata teman saya hahaha), merupakan peminjam dana untuk pertandingan basket sekolah. Biasalah anak-anak malas melewati birokrasi sekolah yang rumit juga. Jadilah saya mendapatkan nomor Erick kakak kelas saya dulu. Memang dia sudah lulus, namun entah mengapa saya yang saat itu sudah memiliki handphone masih ingin menghubunginya. Awalnya hanya iseng missedcall lalu berlanjut menjadi sms-sms. Ternyata dia pun masih penasaran dengan saya. Hehehehe. Saking penasarannya dia sampai datang ke rumah loh hehehe. Dia pun jadi sering datang ke sekolah kami sebagai pelatih basket anak perempuan. Sebenarnya saya ingin masuk basket namun mengingat penyakit saya yang dari dulu termasuk penyakit berat yakni, Malaria, Thypus, dan Asma, saya yang dari Sekolah Menengah Pertama telah ditawari masuk klub basket, selalu menghindar. Menyesal juga tapi demi kesehatan saya pun ikhlas. Kembali ke Erick. Semenjak dia melatih kami jadi sering bertemu. Namun saya yang sangat cupu bila bertemu orang yang saya sukai, saya hanya diam seribu bahasa.  Bibir ini kelu tak mau bergerak sama sekali. Padahal di kesempatan itu hanya ada kami berdua duduk bersama di satu bangku panjang. Haaa hanya bisa senyum kecil saja. Bodoh memang, padahal dia sudah rajin datang ke sekolah, huwaaa mengapa lewat sms mudah tapi saat bertemu susah untuk berbicara? Hiks hiks hiks. Lambat laun dia mulai tidak kelihatan melatih lagi. Huhuhu. Saya suka dia saat itu benar-benar suka. Namun itu semua salah saya yang tidak tahu bagaimana berbahasa lisan dengan baik. Ternyata saya memang lebih suka menulis hehehe. Tapi Erick kembali hadir saat kami sudah lulus dan dia sempat bertanya kemana saya akan kuliah. Ya saya jawab saja ke Bandung karena dapat SPMB hehehe. Saat itu saya dapat berkata dengan ringannya karena memang sudah ada yang mengisi hati saya.

2 komentar:

  1. switswiiiw..siapakah gerangan lelaki beruntung yang mengisi hatimu caaar? :P

    BalasHapus
  2. hahahaha sebentar lagi baru akan kuceritakan. caaar bantu aku mendesain blogku dong, butut rasanya, hahahaha. maaf ya baru baca hehehe.

    BalasHapus