Jumat, 10 September 2010

Happy Eid Mubarak, Saat Kujauh

Haloha bloggers! Lama sekali tidak menyentuh netbook saya ini. Semenjak modem dibawa bapak ke Nabire, hilanglah akses ke dunia maya (lebay.com hahaha). Sambil nongkrong di J.Co Pondok Gede, ditemani segelas Americano dan Glazzy Donut dengan Bonibo, adik tercinta hehehe, saya mencoba mengukir kilas balik lagi. Padahal sekarang sedang berusaha mengumpulkan puzzle hati yang sedang berserakan. Halah hahaha. Hmmm dimulai darimana ya? Jadi bingung saya. Saat itu saya sudah ada di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Kota (bisa disebut begitulah - karena pada zaman itu dia sudah tergolong maju dibanding yang lain). Di tempat ini, tempat yang hanya memerlukan dua jam perjalanan ke Dili, Timor-Timur, yang sekarang berpisah dengan Indonesia - hiks hiks, saya mengenal banyak kegiatan baru yang berhubungan dengan alam (baca: beternak ayam, sapi, babi, lalu bercocok tanam berbagai jenis sayuran, jagung, tomat, kacang hijau sampai singkong hehe). Di sini pulalah saya bertemu dengan seseorang yang lagi-lagi merupakan teman main pada awalnya.
Saat itu saya masih duduk di kelas lima atau enam Sekolah Dasar (lagi-lagi lupa hahaha). Inisialnya Rey (itu nama Irene, nama, zzzz), kalau tidak salah ingat itu juga. Hahahaha. Dia adalah seorang anak dari pegawai atau anak buah dari bapak saya di kantornya. Kami sering bermain bersama karena kebetulan rumah kami tidak begitu jauh. Dan aku pun mengenalnya lewat anak teman ayahku bernama Mo'i, begitulah saya memanggilnya. Bersama dengan temannya seorang lagi, kami berempat sering bermain bersama. Apalagi disekitar kantor bapakku. Hehehe. Selain sering bermain bersama, kami juga sering liburan bersama keluargaku. Akupun merasakan getar-getar yang berbeda begitu sama dia. Tapi trauma masa lalu masih menghantui, hingga pada akhirnya aku tidak berbuat apa-apa. Yah, lagi pula dia pun sepertinya menaruh hati kepada Mo'i, bukan kepadaku. Hal ini terlihat dari matanya, dan dari cara dia memperhatikan Mo'i, serta perhatianku yang tidak digubrisnya. Hiks. Mungkin Mo'i bercerita soal kelakuan jahatku ke dia. Maafkan saya Mo'i, saya memang seorang anak yang manja dan egois sekali saat itu, meskipun sudah memiliki adik. Huuufffhhh. Aku hanya bisa bersedih tatkala aku harus berpindah kembali ke Pulau Jawa. Yah yah sekali lagi kisah yang tak tersampaikan. Harus tetap kuatkan hati dan bersyukur telah mendapatkan rasa itu. Rasa yang teristimewa. Hahay!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar