Kamis, 16 September 2010

Saat Kembali

Hahay kali ini sambil makan siang menjelang sore di Bekasi Square (nama gahulnya BesQi Park, sesuai tulisan yang terpampang --"). Bersama adik saya (lagi-lagi hehehehe), Bonibo (marah orangnya kalau ketahuan saya menulis namanya begini haha), sambil memakan nasi uduk buatan Matu (ngebotram dari rumah) yang lazis tiada tara, saya ingin kembali menulis blog di area free Wi-Fi ini (maaf ya modal terbatas hahahaha). Inilah cobaan, selalu datang di saat yang tepat. Bagaimana tidak saking lezatnya nasi uduk ini saya hampir lupa untuk menakar saat memakannya. Padahal saya sedang dalam program sehat pengurangan berat badan alias perut yang membuncit hehehehehe. Untungnya selalu ada bisikan dari hati yang mengingatkan. Akhirnya saat ini perut saya sudah mengalami penurunan pembuncitan. Kalau sekiranya ada yang tahu bagaimana bisa mengurangi bentuk buncit dengan cara aman, tepat, dan sehat tolong beritahu saya secepatnya. Hahahaha.
Kembali kepada topik yang sebenarnya. Apalagi kalau bukan tentang kisah kasihku hihiy! Tuhan memang sungguh baik, di saat saya sedang merasakan lagi penolakan cinta (cieee bahasanya!), Bapak saya mulai mengirim permohonan untung pindah lagi ke Pulau Jawa. Sebenarnya bukan karena kebetulan, tapi saat saya kelas enam Sekolah Dasar, suasana tetangga temapat kami tinggal yakni, Timor-Timur sedang kacau balau. Seperti yang diketahui bahwa saat sekitar tahun 1998-1999 Indonesia sedang dalam masa krisis. Mulai dari krisis moneter hingga krisis kepercayaan. Semua kebusukan seakan keluar saat itu. Saat itupun masyarakat Timor-Timur menyatakan ingin berpisah dengan Indonesia. Konflik yang terjadi tidak terbantahkan. Ribuan korban berjatuhan. Maka dari itu, keluarga saya memutuskan untuk pindah secepatnya. Akhirnya kami pun pindah. Berada di rumah kami sendiri dengan Bapak yang harus bolak-balik ke Purwakarta tempatnya bekerja. Memang rasanya tidak enak melihat hanya Bapak yang harus melakukan perjalanan jauh demi kami tapi itulah hidup, demi kami juga. Sayapun melanjutkan cawu terakhir saya di Sekolah Dasar terdekat. Sempat tinggal dengan Tanteku yang super cerewet dan jorok, akupun tidak tahan. Saat aku duduk di Sekolah Menengah Pertama saat itulah saya baru mengenal kehidupan. Bagaimana rasanya menjadi orang yang terkucilkan, yang hanya dimanfaatkan (sering jadi tempat mencontek jikalau PR ada - bukan sombong tapi emang kenyataan hehehe). Orang-orang selalu bilang masa remaja adalah masa yang paling indah. Saat itu saya sama sekali tidak merasakannya. Ini masa pembelajaran buat saya. Berusaha mengeluarkan diri dari kekolotan orang tua, berontak pun jadi cara terakhir. Puji Tuhan itu berhasil membuat mereka mengerti. Lah kok jadi cerita tentang keluarga ya? Tidak masalahlah karena cintapun ada dalam keluarga hehehe. 
Saat saya duduk dikelas satu saya memiliki rasa suka kepada salah satu senior saya. Bambang namanya. Hahahaha kalau mendengar nama ini sekarang saya suka tidak tahan untuk mengejeknya dengan logat Jawa! Dia siswa populer disekolah kami. Prestasinya di ekstrakulikuler Paskibra (saat itu ekskul ini yang paling baik disekolah saya) telah melambungkan namanya (lebayatun.com). Saat itu saya hanya bisa melihat dari kejauhan saja meskipun saya tahu dia masih belum memiliki pasangan.Saya masih trauma sepertinya. Saya yang saat itu benar-benar menutup pintu hati kepada siapapun. Namun saat duduk dikelas dua Sekolah Menengah Pertama ini saya kembali digetarkan oleh rasa. Halaaah hahaha. Saat saya kelas dua, kami sekeluarga pindah rumah, tidak terlalu jauh, masih di daerah yang sama. Di lingkungan baru tersebut saya mencoba membuka diri kembali dengan bergaul bersama anak-anak sekitar. Maklum ditempat yang lama saya malas keluar, ibu-ibu gosip sepanjang jalan. Jadilah saya kenal dengan seorang yang bernama Kiki-Abang. Mereka ini kembar tinggal dibagian belakang komplek rumah. Awalnya yang saya tahu bukan dia tapi Rizka (kalau ga salah ingat nama ini), teman saya les dulu. Dari dialah saya mulai keluar main. Orangnya cantik, jadi anak-anak lelaki yang termasuk abang saya juga mau minta dikenalin sama Rizka ini. Jadilah kami sering keluar. Entah itu nonton futsalnya mereka atau juga sekedar bersepeda bersama. Saya suka dengan Kiki saat itu, seseorang yang namanya sama persis dengan burung parkit peliharaan. Pernah ada kejadian lucu, saat emak saya sedang memberi makan parkit kiki sambil memanggil namanya, Kiki-Abang yang menyahut. Huahahahahaha. Walaupun ada pengakuan Rizka yang membuat saya shocked, kata dia, Kiki pernah mencoba mendekatinya, tak menjadi masalah. Kami suka makan Choki-choki bersama hehehe. Saya pun suka melambaikan tangan saya saat melewati sekolahnya yang sangat dekat dengan komplek rumah kami. Alhasil banyak teman sekolahnya yang mengecengi dia dengan saya. Pernah suatu kali dia tiba-tiba ikut serta naik angkutan umum yang saya naiki. Saya bingung, heran, dan grogi berat! Malunya saya, saking groginya kuah sayur kangkung yang saya bawa saat itu untuk praktik entah pelajaran apa tumpah. Dan dia mengatakannya didalam angkutan umum tersebut hehehehe. Tapi meskipun malu saya merasa senang sekali soalnya seperti diantar ke sekolah sama dia hehehehe. Berarti dia ada rasa suka juga dong (percaya diri 95%). Namun yang menjadi masalah disini temannya yakni Opik katanya juga suka sama saya. Wew dilema dong hahaha. Opik juga teman main kami, dia dan Urfan selalu datang kerumah mengajak saya dan abang saya bermain hehehe. Sampai akhirnya saya menyadari bahwa antara Kiki dan Opik mulai ada jarak. Saat saya tanya kenapa, Kiki malah bilang (benar-benar bernada), "Bilang sama dia kalau masih mau main bareng jangan kayak begitu dong caranya!". Saya pun mulai berpikir, apa ini karena saya? Memang semenjak main sama saya Opik jadi jarang banget main sama Kiki-Abang. Yah demi persahabatan mereka yang lebih dulu ada, saya pun mulai menjauh. Biarlah kehilangan seseorang yang disukai, karena dengan utuhnya persahabatan mereka saya pun bisa melihat senyum di wajah Kiki. Sempat sakit saya karena harus berbuat begitu. Tapi sekali lagi Tuhan memegang tanganku erat hehehe.
Memasuki kelas tiga, saya pun masih punya kisah kasih lain. Kali ini seorang yang bersama dalam satu kelas dari kelas satu sampai kelas tiga. Jimmy namanya. Mengapa dari kelas satu? Dulu saya juga tidak menyadarinya. Saat saya melewati mushola, teman sekelas saya yang bernama Hafiz berteriak ke arah saya dengan menyebut Jimmy! Jimmy! sampai berulang kali. Saya pikir mana Jimmy? Saya sendiri yang lewat jalan ini kok. Namun akhirnya saya sadar. Pada saat kami duduk dikelas tiga ini. Saya pikir yah manalah dia masih suka sama saya sudah lama sekali itu. Hehehe. Tapi ternyata masih ada rasa itu! Hahahaha. Soalnya tiba-tiba suatu hari ada yang melempar buku ke meja saya dari jendela. Saya pikir buku siapa, pas dibaca ternyata buku Jimmy. Bingung kan saya kenapa dilempar ke meja saya? Tidak lama setelah itu Jimmy dengan wajahnya yang selalu baik datang malu-malu mengambil bukunya. Yah tentunya dengan backing vocal "Ciiieee..." sebagai pemanis. Hahahaha. Lucu juga kami pernah bertatap mata saat secara tidak sengaja bertemu dijalan pas pulang dari buka puasa bersama disekolah tersebut. Kembalilah si ciiieee dikumandangkan oleh teman-teman disekitar saya. Hahahaha. Manis memang saat itu. Tapi hanya sebatas itu saja hehehe. Baru bulan kemarin tiba-tiba Jimmy mengirim pesan ke Inbox FB saya. Sudah sejak lama saya tahu Jimmy sudah menjadi teman gereja Riris namun saya hanya diam saja hehehe. Akhirnya kami sekarang berteman di FB. Dia sekarang sudah bekerja di MetroTV. Keren juga ya. Hehehe. Tapi sayangnya dia tidak datang saat buka puasa bersama kelas kami di Sekolah Menengah Pertama dulu. Tak apalah meskipun pesan di Inbox FB tidak berjalan lagi tapi saya merasa senang dapat bertemu dengan dia lagi yang ternyata masih belum berpasangan juga. Hihihi apa hubungannya? Semoga suatu saat bisa bertemu. Amin. Bukan buat pendekatan hanya ingin bernostalgia saja sembari berbagi pengalaman. Hehehehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar