Sabtu, 01 September 2012

Lucky Graduation

Telah kutinggalkan romansaku di sini selama dua bulan. Sebenarnya bukan karena tidak ada yang terjadi, tapi justru karena ada yang terjadi. Aku sengaja meninggalkan kegiatan menulisku di sini sementara. Tujuanku ingin benar-benar fokus menata prioritasku sekarang. Tapi bukannya bergerak maju, yang ada malah ketidakseimbangan. Tidak akan kujelaskan di sini karena ini bukan tempatnya hehehe. Saat melewati bulan Juli tanpa ada kabar apapun dari dia, aku merasakan keseimbangan. Aku hanya mencoba peruntungan menjadi pegawai pemerintahan di akhir bulan itu. Namun, apa daya, 09 Agustus 2012, pengumuman keluar dan administrasiku ada yang cacat, yang membuatku tidak lolos tahap selanjutnya. Bukan hanya kabar ketidaklolosanku saja yang menjadi kejutan, tapi juga kabar kelulusan dari dia, yang masih terpatri di jiwa ini, enam hari sebelumnya.
Dalam ingatanku, bunga tidur itu terjadi sebelum kulihat foto kelulusannya. Seperti kelanjutan dari mimpiku yang lalu tentang dia. Setelah mimpiku yang terakhir tentang dia bersama keluargaku, kelanjutannya ada dalam dua mimpi. Mimpi keempat. Aku tersadar berada di sebuah sekolah, di kelas yang ramai. Sepertinya aku menjadi murid putih abu-abu. Aku melihat beberapa teman-teman sekelasku di sana. Tapi kenapa ada Neng Cit? Aku tidak satu sekolah dengannya. Saat itu ada tugas. Kulihat ketika aku mengerjakannya, aku membuat kesalahan. Aku membutuhkan tip-ex untuk memperbaikinya, tapi aku tidak dapat menemukannya. Aku mencari ke seluruh bangku dan tiba-tiba kulihat tip-ex milikku di tangan seorang lelaki yang sedang memakainya. Lelaki yang ternyata adalah Lucky. Sempat terdiam sesaat, pikiranku penuh tanda tanya besar, mengapa dia ada di kelas yang sama denganku? Tapi aku kembali tersadar dengan tip-ex yang kucari. Dengan ketus kuminta tip-ex itu. Tip-ex yang berwarna biru atau abu-abu ya? Samar dalam ingatanku. Lalu dengan sikap acuh tak acuh sambil mengunyah permen karet, dia pun mengembalikannya.
Mimpi kelima. Peristiwa dalam mimpi ini benar-benar sangat berbanding terbalik dengan mimpi sebelumnya. Mimpi ini terasa begitu nyata dan dewasa (weits, bukan yang berhubungan dengan reproduksi ya, hehehe). Lucky dan aku. Hanya kami berdua sedang duduk santai sambil berbincang-bincang. Sangat berbeda dengan apa yang terjadi dalam percakapan kami di mimpi-mimpi sebelumnya, dalam mimpi ini kami begitu banyak bercerita, begitu terbuka, dan santai. Dia pun tidak merasa enggan untuk bersentuhan kecil denganku. Terasa hangat, seperti sahabat. Dia dengan gaya bicara dan sikapnya yang dewasa, berhasil memunculkan sisi feminin dalam diriku saat itu. Terdengar tawa kami, antusias kami, harapan kami di sana. Suasana yang begitu sejuk, hijau, membuat kami sangat merasa nyaman satu sama lain. Dan ketika kuterbangun, kebahagiaanku berlimpah ruah. Wow, betapa beruntungnya aku. Tidak berselang lama, esok harinya, kulihat ternyata dia memang sedang bahagia di dunia nyata. Tapi bukan karena aku, melainkan karena kelulusan sidang sarjananya. Lalu, seperti biasa, aku menceritakannya kepada Neng Cit sebelum dan sesudah kutahu kabar kelulusannya. Untuk sesaat aku terpacu dengan kesedihan bahwa pada kenyataannya, aku tertinggal. Aku harus lulus!
Semua mimpi itu terjadi menjelang pagi. Jika ingatanku tidak salah, aku pernah membaca sebuah buku, bahwa mimpi menjelang pagi ini dapat datang dari kehendak Tuhan. Benar atau tidaknya, aku tetap bersyukur kepada Tuhan. Ia sungguh baik, sungguh mendengar, dan sungguh membawa keselamatan. Hari yang baru diawali dengan mimpi yang indah. Betapa hebatnya Engkau, Allah di surga!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar