Sabtu, 27 Oktober 2012

Lelaki Berseragam Itu

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa tempat kosku akan dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiswa dari sekolah tinggi pemerintahan dalam negeri yang berlokasi di daerah itu juga. Baru kusadari hal itu terjadi saat aku memutuskan untuk memulai kembali kehidupan studiku. Kamar-kamar yang mengelilingiku seakan-akan penuh keberadaan mereka yang kebanyakan para lelaki. Mereka menggunakan logat Papua saat berbicara. Jadi sudah terbayangkan olehku bahwa mereka berasal dari sana. Beberapa kali aku memang melewati mereka, jika harus keluar kamar atau saat akan berangkat. Hanya mengangguk atau tersenyum kecil itulah yang kulakukan. Bukan tanpa sebab aku bersikap tidak seramah biasanya terhadap orang baru, namun karena sedari dulu aku memulai studiku di tempat ini aku sudah banyak mendengar banyak hal mengenai kehidupan kampus dan sekitarnya, termasuk mahasiswa-mahasiswa sekolah tinggi tersebut. Bahkan pandanganku, kurang lebih menjadi negatif sejak mereka memiliki kasus kekerasan yang mencuat ke permukaan.
Dari cerita yang kudengar, mereka tidak diperbolehkan untuk berinteraksi dengan masyarakat umum. Mereka pun selalu pergi berkelompok sesuai dengan asal daerah masing-masing. Itu terlihat dari logat atau bahasa daerah yang kerap mereka gunakan untuk berkomunikasi. Tapi ada yang menjadi pertanyaanku karena ternyata ada beberapa teman kosku dulu yang berpacaran dengan mereka. Jadi memang dari dahulu aku memilih jalan aman yakni, menjauhi atau bahkan berusaha tidak berkomunikasi dengan mereka. Untuk yang membaca ini, aku sarankan janganlah mncontoh perbuatanku itu. Menghakimi tanpa mengenal terlebih dahulu adalah hal yang patut dihindari seumur hidup manusia. Hal ini terbawa sampai kepada mereka yang ada ditempat kosku. Warga Papua terkenal dengan suara kerasnya saat berkomunikasi. Untukku sejujurnya tidak ada masalah, karena orang tuaku pun memiliki volume yang sama besarnya. Malah Ibuku sepertinya senang dengan kehadiran mereka hahahaha. Ada-ada saja Mamake ini. Namun, ada suatu pagi dimana sesuatu yang biasa itu menjadi luar biasa hahahahaha.
Hari itu pagi menjelang siang, seingatku aku baru pulang berbelanja dari pasar yang cukup dekat jaraknya dari tempat kosku. Belanjaanku lumayan banyak, jadi malu juga bawa lama-lama. Jadi kupercepat langkahku saat itu. Saat menaiki tangga kos, aku sempat terkaget melihat ada seseorang duduk di teras sendirian asyik dengan telepon selulernya. Karena terburu-buru aku pun hanya tersenyum kecil seperti biasanya. Ada beberapa detik dimana aku dapat melihat jelas wajahnya. Dan apa yang membuatku jadi tersenyum tertawa setelah itu. Tuhan, dia manis sekali! Hahaha. Haaah godaan apalagi ini. Seketika itu juga aku menepis rasa senang itu, meskipun tidak dapat menghilangkannya dalam sekejap. Aku beranggapan itu tidak penting karena sebentar lagi aku akan pindah. Ya, pertengahan Oktober lalu aku berencana pindah ke kos putri demi kenyamanan, karena memang ada kamar kosong di tempat kos yang aku inginkan itu. Jadi aku anggap itu hanya pemandangan saja hehehe.
Sampai di hari Minggu akhir September yang cerah itu aku dikejutkan oleh langkah seseorang menuju kamarku. Kuintip sedikit dari gorden yang tersibak. Hah? Betapa terkejutnya aku melihat dia (kusebut tetangga yang manis) yang melangkah mendekat. Parahnya, saat itu aku sedang memilih baju untuk dikenakan. Jadi aku meminta dia untuk menunggu. Saat pintu dibuka, aku yang memang tidak memiliki perasaan apa-apa tidak memiliki ekspresi yang sumringah. Dia hanya meminjam setrika. Aku pun tidak kuasa menolak, padahal saat itu posisiku akan segera berangkat. Sempat terbesit dipikiranku untuk memintanya menjaga setrika itu sampai aku kembali. Namun urung kulakukan karena aku pun belum sarapan saat itu. Sembari menunggu dia mengembalikan, aku menikmati sarapanku. Saat dia mengembalikan dengan senyum, aku merasa biasa saja, senyum sekadarnya, malah aku sempat menanyakan keberadaan keset kaki depan kamarku yang entah siapa pemiliknya. Dia pun menyatakan tidak tahu menahu, berlalu sambil melihat ke bawah.
Hingga ada suatu kejadian yang tidak terduga, yang kulakukan tanggal 5 Oktober lalu. Saat itu aku yang berkeliaran di Bandung menggunakan motor (sebenarnya tersesat karena sudah lama sekali tidak ke Bandung, hahaha) menghadapi derasnya hujan dalam perjalanan. Kupikir hari itu memang kurang menyenangkan karena motor yang baru dicicil ini, baru diservis dan dicuci harus terkena lagi lumpur jalanan akibat hujan. Ya, mau diapakan lagi, aku hanya dapat menikmatinya hahaha. Sepertinya awan mendung mengikuti perjalananku, alhasil sampai kos pun aku tetap basah kuyup (meskipun pakai jas hujan, hehe). Lalu tiba-tiba hujan berhenti saat aku memarkir motor. Dia pun lewat. Tanpa sadar senyumku mengembang dan bertanya dengan ramahnya dia hendak kemana. Dia pun dengan ramahnya menjawab akan mencari makan. Sesaat setelah itu aku tertegun dengan keberanian yang baru saja kulakukan. Senyumku sangat lebar, wow! Aku menjadi kikuk sendiri tapi kemudian pikiranku mengingat kinclongnya motorku tadi siang. Aku pun langsung bergegas meminjam gayung Teteh untuk mengambil air dan membersihkan sekedarnya. Hatiku merasa senang sekaligus malu. Entahlah, aku berusaha menahan senyumku dengan membersihkan motor. Hingga dia kembali, dia tiba-tiba mengeluarkan pertanyaan yang dijawabnya sendiri. Mau pergi lagi? Oh motornya lagi dilap. Aku pun hanya mengeluarkan dua kata, iya;hujan, tanpa melihat ke arahnya.
Aksi yang unik mendapatkan reaksi yang menarik. Apalah aku ini berkata-kata hahahaha. Tapi inilah permulaan lapisan tipis yang seharusnya kujaga agar tidak pecah sebelum waktunya. Kok? Apa hubungannya? Hahaha. Pokoke terima kasih banyak Tuhanku, Engkau memberikan penyemangat baru, penggugah hati menjadi lebih hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar